Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.
Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.
Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.
Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.
Dan kemudian berkata kepada ibunya: " Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata : "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana".
Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan ke sekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya.
Sang anak akhirnya pergi juga ke sekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.
Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang ke kantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.
Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata: "Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran". Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.
Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: "Masih dengan beras yang sama". Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : "Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna.
Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya".
Sang ibu sedikit takut dan berkata: "Ibu pengawas, beras di rumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata: "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam-macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.
Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !".
Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk di atas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi."
Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.
Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi ke kampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali ke kampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan ke sekolah.
Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: "Bu, sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu." Sang ibu buru-buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."
Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.
Di hari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.
Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah.
Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."
Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar.
Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata: "Oh Mamaku..................
Pendidikan untuk semua
Pendidikan yang utama adalah mengajarkan akhlak ............................................................... Akhlak adalah cerminan dari keimanan dan pengetahuan
Senin, 17 Januari 2011
Kau Sungguh Beruntung
Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda berpenampilan menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang tadi dikatakan kosong oleh si sopir. Kemudian ia duduk, meletakkan tasnya di pangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.
Setahun sudah lewat sejak Susan (34 tahun) menjadi buta. Gara-gara
salah diagnosa dia kehilangan penglihatannya dan terlempar ke dunia yang gelap gulita, penuh amarah, frustasi, dan rasa kasihan pada diri sendiri. Sebagai wanita yang sangat independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya, dan menjadi beban bagi semua orang disekelilingnya.
"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?" dia bertanya-tanya, hatinya mengeras karena marah.
Tetapi, betapa pun seringnya ia menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu .... penglihatannya takkan pernah pulih lagi.
Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis.
Mengisi waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya frustasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus.
Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekat untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi. Latar belakang militer Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya.
Akhirnya, Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa sampai ke kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke kota sendirian.
Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat kerja mereka terletak di pinggir kota yang berseberangan.
Mula-mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun.
Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru — membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati. Tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak. Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah. Bagaimana reaksinya nanti?
Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi. "Aku buta!" tukasnya dengan pahit.
"Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku." Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan, sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri.
Dan itulah yang terjadi. Selama dua minggu penuh Mark, menggunakan seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari Susan bagaimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan di mana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan menyisakan satu kursi kosong untuknya. Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung waktu turun dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus.
Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya.
Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya; wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah menyerah.
Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang diri.
Tibalah hari Senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah menjadi kawannya satu bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi ke arah yang berlawanan. Senin, Selasa, Rabu, Kamis... Setiap hari di jalaninya dengan sempurna. Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal.
Pada hari Jum'at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja. Ketika dia membayar ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata. "Wah, aku iri padamu.” Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak.
Lagipula, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan keberanian untuk menjalani hidup? Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir itu, "Kenapa kau bilang kau iri kepadaku?"
Sopir itu menjawab, "Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu."
Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya, "Apa maksudmu?"
"Kau tahu, minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita yang beruntung,” kata sopir itu.
Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk menyakinkan diri.
Setahun sudah lewat sejak Susan (34 tahun) menjadi buta. Gara-gara
salah diagnosa dia kehilangan penglihatannya dan terlempar ke dunia yang gelap gulita, penuh amarah, frustasi, dan rasa kasihan pada diri sendiri. Sebagai wanita yang sangat independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya, dan menjadi beban bagi semua orang disekelilingnya.
"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?" dia bertanya-tanya, hatinya mengeras karena marah.
Tetapi, betapa pun seringnya ia menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu .... penglihatannya takkan pernah pulih lagi.
Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis.
Mengisi waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya frustasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus.
Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekat untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi. Latar belakang militer Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya.
Akhirnya, Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa sampai ke kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke kota sendirian.
Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat kerja mereka terletak di pinggir kota yang berseberangan.
Mula-mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun.
Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru — membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati. Tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak. Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah. Bagaimana reaksinya nanti?
Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi. "Aku buta!" tukasnya dengan pahit.
"Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku." Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan, sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri.
Dan itulah yang terjadi. Selama dua minggu penuh Mark, menggunakan seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari Susan bagaimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan di mana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan menyisakan satu kursi kosong untuknya. Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung waktu turun dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus.
Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya.
Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya; wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah menyerah.
Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang diri.
Tibalah hari Senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah menjadi kawannya satu bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi ke arah yang berlawanan. Senin, Selasa, Rabu, Kamis... Setiap hari di jalaninya dengan sempurna. Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal.
Pada hari Jum'at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja. Ketika dia membayar ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata. "Wah, aku iri padamu.” Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak.
Lagipula, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan keberanian untuk menjalani hidup? Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir itu, "Kenapa kau bilang kau iri kepadaku?"
Sopir itu menjawab, "Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu."
Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya, "Apa maksudmu?"
"Kau tahu, minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita yang beruntung,” kata sopir itu.
Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk menyakinkan diri.
Delapan Kebohongan Seorang Ibu Selama Hidupnya
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata: "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sendokku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata: "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sendokku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
I love you full mom...forgive me
Peringkat Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Jakarta Utara
sumber : BADAN AKREDITASi NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH
(www.ban-sm.or.id)
(www.ban-sm.or.id)
Provinsi : DKI Jakarta | |||||||
Kota : Jakarta Utara | |||||||
Tipe : Sekolah | |||||||
Jenjang : SD/MI | |||||||
Tahun : 2010 |
No. | Sekolah/Madrasah | NSS | Nilai Akreditasi | Peringkat Akreditasi | Tanggal Penetapan |
1 | SDN Kalibaru 01 Pg | 101016105062 | 98 | A | 16-Nov-10 |
2 | SDS Plus Hangtuah I | 98 | A | 16-Nov-10 | |
3 | SDS Jubilee | 1001020108 | 97 | A | 16-Nov-10 |
4 | SD Saint Peter | 102090506034 | 96 | A | 16-Nov-10 |
5 | SDS Gandhi Ancol | 104016102106 | 96 | A | 31-Oct-09 |
6 | SD Kristen 6 BPK Penabur | 100190 | 95 | A | 31-Oct-09 |
7 | SD Mahatma Gading | 100330 | 95 | A | 31-Oct-09 |
8 | SD Pelangi Kasih | 100610 | 95 | A | 31-Oct-09 |
9 | SD Don Bosco I | 102016106013 | 94 | A | 31-Oct-09 |
10 | SDS IPEKA Sunter | 104016104115 | 94 | A | 16-Nov-10 |
11 | SDN Sunter Agung 01 Pagi | 101016104001 | 93 | A | 16-Nov-10 |
12 | SDS Hang Tuah 6 | 103016103010 | 93 | A | 16-Nov-10 |
13 | SDS Santa Cicilia | 104016102105 | 93 | A | 16-Nov-10 |
14 | SDS Methodist | 104316203037 | 93 | A | 16-Nov-10 |
15 | SDS Kristen X Bpk Penabur | 610105100590 | 93 | A | 16-Nov-10 |
16 | SDS Tarakanita 4 | 93 | A | 16-Nov-10 | |
17 | SDN Sunter Agung 12 Pagi | 101016104111 | 92 | A | 16-Nov-10 |
18 | SDN Sukapura 02 Pg | 101016105004 | 92 | A | 16-Nov-10 |
19 | SDS Kristen IPEKA Pluit | 104016102115 | 92 | A | 16-Nov-10 |
20 | SDS Darma Budhi Bhakti 3 | 92 | A | 16-Nov-10 | |
21 | SDN Tugu Utara 03 Pg | 101016103019 | 91 | A | 16-Nov-10 |
22 | SDN Rawa Badak Utara 01 Pg | 101016103039 | 91 | A | 16-Nov-10 |
23 | SDN Sunter Jaya 01 Pagi | 101016104001 | 91 | A | 16-Nov-10 |
24 | SDN Cilincing 12 Pt | 101016105016 | 91 | A | 16-Nov-10 |
25 | SDN Kalibaru 06 Pt | 101016105067 | 91 | A | 16-Nov-10 |
26 | SDN Sukapura 04 Pg | 101016105079 | 91 | A | 16-Nov-10 |
27 | SDN Semper Barat 15 Pg | 101016106065 | 91 | A | 16-Nov-10 |
28 | SD Stella Maris | 104016102107 | 91 | A | 31-Oct-09 |
29 | SDN Penjaringan 01 Pagi | 101016102025 | 90 | A | 16-Nov-10 |
30 | SDN Cilincing 07 Pg | 101016105013 | 90 | A | 16-Nov-10 |
31 | SDN Kalibaru 07 Pg | 101016105068 | 90 | A | 16-Nov-10 |
32 | SDN Kalibaru 08 Pt | 101016105069 | 90 | A | 16-Nov-10 |
33 | SDS Strada Tunas Keluarga Mulia I | 104016105050 | 90 | A | 16-Nov-10 |
34 | SD Islam Terpadu Baiturrahman | 610607100920 | 90 | A | 16-Nov-10 |
35 | SDN Kapuk Muara 06 | 90 | A | 31-Oct-09 | |
36 | SDN Pademangan Barat 01 Pg | 101016102045 | 89 | A | 16-Nov-10 |
37 | SDN Pademangan Barat 02 Petang | 101016102046 | 89 | A | 16-Nov-10 |
38 | SDN Pademangan Timur 02 Pt. | '101016102057 | 89 | A | 31-Oct-09 |
39 | SDN Sunter Agung 02 Petang | 101016104008 | 89 | A | 16-Nov-10 |
40 | SDN Sukapura 01 Pg | 101016105078 | 89 | A | 16-Nov-10 |
41 | SDN Kelapa Gading Timur 01 Pg | 101090506003 | 89 | A | 16-Nov-10 |
42 | SD. Tunas Karya I | 102090506024 | 89 | A | 31-Oct-09 |
43 | SDS Santa Caroline | 104016104084 | 89 | A | 16-Nov-10 |
44 | SDS Santo Lukas III | 104016161040 | 89 | A | 16-Nov-10 |
45 | SDN Pademangan Timur 10 Pt. | 101016102064 | 88 | A | 31-Oct-09 |
46 | SDN Warakas 01 Pagi | 101016104021 | 88 | A | 16-Nov-10 |
47 | SDN Kebon Bawang 01 Pg | 101016104064 | 88 | A | 16-Nov-10 |
48 | SDN Rorotan 02 Pg | 101016105001 | 88 | A | 16-Nov-10 |
49 | SDN Sukapura 05 Pg. | 101016105002 | 88 | A | 31-Oct-09 |
50 | SDN Semper Barat 07 Pg | 101016105042 | 88 | A | 16-Nov-10 |
51 | SDN Semper Barat 08 Pt | 101016105043 | 88 | A | 16-Nov-10 |
52 | SDN Kalibaru 09 Pg | 101016105070 | 88 | A | 16-Nov-10 |
53 | SDS Montessori Gading Permata | 102090506034 | 88 | A | 16-Nov-10 |
54 | SDS Dharma Suci | 104016102110 | 88 | A | 16-Nov-10 |
55 | SDK Santo Paulus | 104016104112 | 88 | A | 31-Oct-09 |
56 | SDS Hang Tuah 5 | 104016105053 | 88 | A | 31-Oct-09 |
57 | SDN Rawa Badak Selatan 11 | 88 | A | 31-Oct-09 | |
58 | SDN KEDOYA SELATAN 04 | '--- | 87.4 | A | 12-Jul-08 |
59 | SDN Pejagalan 01 Pagi | 100110 | 87 | A | 16-Nov-10 |
60 | SDN Pejagalan 03 | 101016102013 | 87 | A | 16-Nov-10 |
61 | SDN Pejagalan 08 Petang | 101016102018 | 87 | A | 16-Nov-10 |
62 | SDN Penjaringan 07 | 101016102032 | 87 | A | 16-Nov-10 |
63 | SDN Tugu Utara 01 Pg | 101016103017 | 87 | A | 16-Nov-10 |
64 | SDN Sunter Agung 13 Pg | 101016104039 | 87 | A | 16-Nov-10 |
65 | SDN Cilincing 09 Pg | 101016105016 | 87 | A | 16-Nov-10 |
66 | SDN Cilincing 02 Pg | 101016105019 | 87 | A | 16-Nov-10 |
67 | SDN Pademangan Timur 01 Pg | 101016107056 | 87 | A | 16-Nov-10 |
68 | SDN Kelapa Gading Barat 02 Pt | 101090506002 | 87 | A | 16-Nov-10 |
69 | SD Islam Teladan Nurul Falah I | 102016105058 | 87 | A | 16-Nov-10 |
70 | SDN Cilincing 06 Pg | 87 | A | 16-Nov-10 | |
71 | SDS Strada St. Ignatius | 87 | A | 16-Nov-10 | |
72 | SDS Santo Lucas I | 87 | A | 16-Nov-10 | |
73 | SDS Fajar Indah | 87 | A | 16-Nov-10 | |
74 | SD Tunas gading | 87 | A | 31-Oct-09 | |
75 | SDN SEMPER TIMUR 02 PT. | '--- | 86.9 | A | 12-Jul-08 |
76 | SDN KALIBARU 02 PG. | '--- | 86.5 | A | 12-Jul-08 |
77 | SDN Pademangan Barat 13 Ptg | 101016002057 | 86 | A | 16-Nov-10 |
78 | SDN Kapuk Muara 01 Pg | 101016102003 | 86 | A | 16-Nov-10 |
79 | SDN Kapuk Muara 02 Petang | 101016102004 | 86 | A | 31-Oct-09 |
80 | SDN Pluit 03 Pagi | 101016102023 | 86 | A | 16-Nov-10 |
81 | SDN Ancol 01 Pg | 101016102039 | 86 | A | 16-Nov-10 |
82 | SDN Kebon Bawang 03 Pg | 101016104066 | 86 | A | 16-Nov-10 |
83 | SDN Sukapura 03 Pg. | 101016105005 | 86 | A | 31-Oct-09 |
84 | SDN Semper Barat 01 | 101016105030 | 86 | A | 31-Oct-09 |
85 | SDN Kelapa Gading Barat 01 Pg | 101090506001 | 86 | A | 16-Nov-10 |
86 | SDN Sungai Bambu 03 Pg | 103016104047 | 86 | A | 16-Nov-10 |
87 | SDN Pademangan Barat 03 Pg | 610201100070 | 86 | A | 16-Nov-10 |
88 | SD BINA TUNAS BANGSA SCHOOL | '--- | 85.9 | A | 12-Jul-08 |
89 | SDN CILINCING 01 PG. | '--- | 85 | A | 12-Jul-08 |
90 | SDN CILINCING 01 PG. | '--- | 85 | A | 03-Jul-08 |
91 | SDN Kapuk Muara 07 Pg | 101016102009 | 85 | B | 16-Nov-10 |
92 | SDN Pejagalan 12 Petang | 101016102022 | 85 | B | 16-Nov-10 |
93 | SDN Penjaringan 03 Pagi | 101016102027 | 85 | B | 16-Nov-10 |
94 | SDN Penjaringan 10 Pagi | 101016102035 | 85 | B | 16-Nov-10 |
95 | SDN Pademangan Timur 07 Pt. | 101016102062 | 85 | B | 31-Oct-09 |
96 | SDN Cilincing 11 Pt | 101016105015 | 85 | B | 16-Nov-10 |
97 | SDN Semper Barat 06 Pt | 101016105039 | 85 | B | 16-Nov-10 |
98 | SDN Semper Timur 01 | 101016105048 | 85 | B | 31-Oct-09 |
99 | SDN Pademangan Barat 07 Pg | 101016107051 | 85 | B | 16-Nov-10 |
100 | SDN Kebon Bawang 07 Pg | 101016704070 | 85 | B | 16-Nov-10 |
101 | SDN Tanjung Priok 02 | 101316104002/100440 | 85 | B | 31-Oct-09 |
102 | SDS Wijaya Kusuma | 104006102083 | 85 | B | 16-Nov-10 |
103 | SDS Fatahillah | 104016102092 | 85 | B | 16-Nov-10 |
104 | SDN Marunda 03 Pg | 85 | B | 16-Nov-10 | |
105 | SDN SUNTER AGUNG 09 PG. | '--- | 84.9 | B | 12-Jul-08 |
106 | SDN SUNGAI BAMBU 02 PT. | '--- | 84 | B | 12-Jul-08 |
107 | SDN Kapuk Muara 03 | 101016102005 | 84 | B | 16-Nov-10 |
108 | SDN Pejagalan 02 | 101016102012 | 84 | B | 16-Nov-10 |
109 | SDN Tugu Utara 05 Pg. | 101016103021 | 84 | B | 31-Oct-09 |
110 | SDN Tugu Selatan 04 Pt | 101016103028 | 84 | B | 16-Nov-10 |
111 | SDN Tugu Utara 07 Pg | 101016103069 | 84 | B | 16-Nov-10 |
112 | SDN Lagoa 12 Pg. | 101016103109/100120 | 84 | B | 31-Oct-09 |
113 | SDN Sunter Jaya 07 Pg | 101016104007 | 84 | B | 16-Nov-10 |
114 | SDN Sunter Agung 11 Pagi | 10101610407 | 84 | B | 16-Nov-10 |
115 | SDN Semper Barat 02 Pt | 101016105031 | 84 | B | 16-Nov-10 |
116 | SDN Kelapa Gading Timur 03 Pg | 101016106003 | 84 | B | 16-Nov-10 |
117 | SDN Tanjung Priok 03 | 1010164089 | 84 | B | 31-Oct-09 |
118 | SDN Kelapa Gading Timur 04 Pg | 101090506006 | 84 | B | 16-Nov-10 |
119 | SDN Sungai Bambu 01 Pg | 13016104045 | 84 | B | 16-Nov-10 |
120 | SDN Pademangan Timur 05 Pg | 610201100220 | 84 | B | 16-Nov-10 |
121 | SDN Semper Barat 10 Pt | 84 | B | 16-Nov-10 | |
122 | SDN Sunter Jaya 06 Pt | 84 | B | 16-Nov-10 | |
123 | SDS Strada FX Xaverius | 84 | B | 16-Nov-10 | |
124 | SDN RAWA BADAK UTARA 04 PT. | '--- | 83.4 | B | 12-Jul-08 |
125 | SD YASPI | '--- | 83.1 | B | 12-Jul-08 |
126 | SDN Pademangan Barat 08 Pt. | 101016102052 | 83 | B | 31-Oct-09 |
127 | SDN Rawa Badak Utara 10 Pt | 101016103063 | 83 | B | 16-Nov-10 |
128 | SDN Lagoa 01 Pg | 101016 |
Label:
Jakarta Utara,
MI,
Peringkat,
SD
Langganan:
Postingan (Atom)